Kamis, 09 Mei 2019

Pembelajaran Siswa Aktif

Pembelajaran Berpusat Pada Siswa Agar Siswa Aktif

Merupakan konsekuensi logis penggunaan paradigma konstruktivisme dalam pembelajaran. Apakah Anda telah pernah mendengar istilah pembelajaran berpusat pada siswa? Sebelum kita pelajari lebih jauh, bandingkanlah deskripsi ilustrasi berikut tentang tahapan pembelajaran yang terjadi di suatu kelas. Anda perlu manganalisis, guru manakah yang menerapkan pembelajaran berpusat pada siswa.

Untuk mengaktifkan peserta didik belajar maka penga nijar harus membuat kondisi ada terjadi proses interaksi antara peserta didik dengan pengajar, peserta didik dengan sumber belajar dan media, dan juga peserta didik dengan peserta didik. Media utama agar interaksi itu terjadi adalah adanya pertanyaan, adanya kegiatan pengamatan, atau adanya masalah yang harus dipecahkan pembelajaran berpusat pada siswa. Suasana pembelajaran yang menggambarkan adanya pembelajaran berpusat pada peserta didik tercermin dari:

(1) peserta didik dan pengajar telah mengakses sumber belajar tentang materi yang akan dipelajari. Hal ini berarti peserta didik dan pengajar telah membaca atau membuat ringkasan tentang pokok-pokok materi yang akan dipelajari,

(2) kegiatan di kelas didominasi pada diskusi atau pemecahan masalah terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang belum dipahami dengan baik. Pada keadaan tersebut akan terjadi curah pendapat atau argumentasi satu dengan lain terhadap pemahaman suatu konsep,

(3) terjadi penguatan pemahaman pada akhir pembelajaran. Keadaan tersebut menggambarkan proses pembelajaran berpusat pada peserta didik sebagaimana disajikan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1
Skema Pembelajaran berpusat pada peserta didik


Pada Gambar 1.1 tampak jelas bahwa pengajar dan peserta didik telah memiliki pengetahuan awal ketika datang ke kelas. Pengetahuan awal tersebut diperoleh dari mencari dan mempelajari materi yang akan dipelajari di kelas. Kondisi tersebut dapat dilakukan karena pada saat ini hampir semua peserta didik memiliki sumber belajar seperti buku ajar atau buku paket dan pencarian materi menggunakan internet. Dari akses tersebut peserta didik dapat mengetahui materi yang akan dipelajari di kelas. Demikian pula dengan pengajar, mempunyai akses yang sama untuk membaca materi yang dibaca oleh peserta didik.

Kedua belah pihak ini mempunyai pemahaman yang berbeda terhadap sumber belajar yang dipelajari karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan awal yang terkait yang dimiliki masingmasing. Temu kelas yang sebenarnya akan terjadi bila adu argumentasi antara peserta didik dengan pengajar tentang materi yang dipelajari. Beranikah Anda mengajar peserta didik Anda tanya jawab dan berargumentasi? Pada umumnya upaya yang dilakukan pengajar adalah dengan mengajak peserta didik “mengamati” suatu fakta atau data baik dalam bentuk gambar, video, atau teks. Mungkin juga dengan demonstrasi melalui percobaan sederhana yang dilakukan pengajar atau peserta didik kemudian diamati oleh peserta didik yang lain. Dari kegiatan mengamati ini maka akan muncul pertanyaanpertanyaan dari peserta didik. Peserta didik dapat mengajukan pertanyaanpertanyaan sesuai dengan tingkat pemahamannya terhadap fakta atau data yang diberikan. Dalam konteks ini, pengajar akan mengarahkan peserta didik dengan pertanyaan pengarah agar mereka menguasai konsep

Pada pembelajaran tersebut tampak bahwa peserta didik berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keadaan seperti itulah yang diharapkan pada proses pembelajaran dimana pengajar tidak memberikan informasi kepada peserta didik tetapi terjadi proses berpikir kritis. Kegiatan berpikir kritis tercakup dalam kegiatan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta sebagaimana tercakup dalam taksonomi Bloom. Secara umum, pembelajaran berpusat pada peserta siswa mencakup prinsip-prinsip pembelajaran:

(1) pada proses pembelajaran peserta didik didorong untuk berpartisipasi aktif menggunakan kemampuan kognitif dan psikomotornya,

(2) peserta didik didorong untuk membangun (mengkonstruksi) pengetahuan melalui data, fakta, atau teori yang terkait. Peserta didik didorong untuk memahami materi yang dibahas bukan menghafalkannya,

(3) Materi yang dipelajari upayakan terkait dengan kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik mempunyai pengetahuan awal yang cukup untuk membangun konsep,

(4) pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik berpikir kritis menggunakan logika dan mengaitkan antar konsep yang telah dimilikinya,

(5) pengajar perlu memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang dipahaminya. Sedangkan bagi guru dapat melakukan penilaian berkelanjutan dan memfasilitasi kebutuhan peserta didik agar terjadi proses belajar. Pembelajaran berpusat pada peserta didik (student-centered learning) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang menerapkan paradigma konstruktivisme.

Pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa ini dapat diterapkan di kelas menggunakan model-model atau strategi-strategi pembelajaran. Model belajar kooperatif, model suklus belajar, model problem-based learning(PBL), strategi inkuiri, pemecahan masalah, discovery-inquiry semuanya menggunakan paradigma konstruktivisme dan pendekatan belajar berpusat pada peserta didik. Model-model dan strategi tersebut sudah Anda pelajari pada kuliah di S1 bukan? Bila masih belum ingat betul, sangat dianjurkan agar Anda membaca kembali langkah-langkah pembelajaran (sintaks) dari masing-masing model atau strategi pembelajaran itu. Untuk membelajarkan peserta didik secara inovatif maka Anda harus menerapkan konstruktivisme dan pembelajaran berpusat pada peserta didik di kelas. Dalam kaitannya dengan pengembangan pembelajaran yang inovatif maka Anda akan belajar bagaimana mengembangkan pembelajaran dengan model model atau strategi yang dapat membelajarkan peserta didik.

Sumber:
https://silabus.org/pembelajaran-berpusat-pada-siswa/amp/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penilaian Akhir Tahun - Bahasa Indonesia Kls 4

PENILAIAN AKHIR TAHUN KELAS 4 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2018/2019 Mata Pelajaran    : Bahasa Indonesia        Nama            ...